Bergosip dengan rekan kerja ternyata bisa bikin umur panjang. Sebuah studi dari Jurnal Health Pscychology menjelaskan bahwa mereka yang hubungan sosialnya kurang baik di kantor beisiko mati lebih cepat dalam kurun waktu 20 tahun.
"Selama hari kerja kita tidak punya banyak waktu bertemu teman di luar kantor. Tempat kerja harus menjadi tempat yang bisa diandalkan untuk mendapatkan dukungan emosional." ujar Dr Sharon Toker dari Tel Aviv University kepada The Telegraph.
Studi dilakukan kepada 820 orang dewasa dari semua jenis lapangan kerja, antara umur 25 hingga 65 tahun yang rata-rata bekerja 8.8 jam sehari. Mereka dipantau kebiasaan fisik dan mentalnya, mulai dari merokok, kegemukan hingga depresi.
Di akhir studi, 53 pasien meninggal. Ditemukan mereka ini tidak menjalin hubungan sosial yang baik dengan para rekan kerjanya, seperti yang dilaporkan oleh New York Times. Perlu dicamkan, kematian bukan disebabkan secara langsung oleh faktor sosial ini, namun hanya korelasi saja.
Ide berteman dengan rekan kerja baik untuk kesehatan bukan hal baru. Studi jurnal PLoS Medicine tahun lalu juga telah menemukan bahwa orang yang memiliki koneksi kerja yang buruk, mati lebih cepat dalam kurun waktu 7.5 tahun, seperti yang dilaporkan oleh Time.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Simak 7 hal yang berhubungan antara kualitas hubungan sosial di tempat kerja dengan kesehatan Anda.
1. Mengurangi Risiko Dementia
Hubungan sosial yang aktif di tempat kerja dapat mengurangi risiko Alzheimer sebesar 70 persen, seperti yang dilansir oleh Jurnal International Neuropsychological Society. Para peneliti yang berkutat di sebuah pusat Alzheimer di Chicago menemukan hubungan antara hubungan sosial yang buruk di antara para senior dengan dementia, tapi mereka tidak yakin sepenuhnya jika banyak teman juga membuat seseorang memiliki otak yang sehat.
Setelah dipastikan lebih lanjut, ditemukan bahwa setiap adanya kenaikan dalam aktivitas sosial, ditemukan pula penurunan sebesar 47% akan fungsi otak yang tidak baik, seperti dikutip dari Time.
2. Membuat Anda Tetap Fit
Studi yang dilakukan International Journal of Behavioral Nutrition & Physical Ability, Australia menemukan bahwa teman memiliki pengaruh langsung terhadap aktivitas dan kebiasaan makan yang lebih baik dari diri sendiri. Yang mana hal positif ini menular sifatnya dan bisa menjadi kebiasaan yang menyehatkan, ujar Kylie Ball dari Deakin University, Australia kepada In Science Daily.
3. Mengasah Otak
Obrolan tidak penting antar teman tidak bisa disepelekan. Seringkali tema obrolan sekecil apapun dapat memicu aktivitas sisi otak yang jarang digunakan, seperti menebak atau mengingat sebuah nama atau judul lagu yang lama terlupakan. Hal tersebut diperkuat oleh studi yang dilakukan oleh University of Michigan.
4. Meningkatkan Kepercayaan Diri
Bergosip dengan rekan kerja memang menimbulkan reputasi yang kurang baik di mata rekan kerja lainnya, namun di satu sisi hal ini menguntungkan. Universitas Straffordshire menemukan bahwa ketika orang selesai bergosip, mereka merasa lebih baik akan diri sendiri. Namun pastikan Anda bergosip akan hal-hal yang positif, bukan urusan orang lain yang merugikan. Studi lain yang dilansir tahun lalu oleh Los Angeles Times juga mendapati jika kita berteman dengan orang yang bahagia, otomatis kita pun ikut merasa bahagia.
5. Membantu Menunda Penuaan
Memiliki hubungan yang membahagiakan diri dan orang lain ternyata bisa menunda proses penuaan. Studi yang baru-baru ini dilakukan oleh Brandeis University menemukan mereka yang memiliki hubungan sosial aktif ditunjang dengan olahraga rutin dan kontrol diri yang baik memiliki ketahanan dan menunda proses penurunan kualitas tubuh selama 10 tahun ke depan.
6. Membantu Panjang Umur
Hubungan yang dekat antara teman dan keluarga meningkatkan semangat hidup seseorang hingga 50%, seperti yang diungkapkan oleh Brigham Young University baru-baru ini. Para peneliti menemukan depresi akibat tidak punya teman, lebih parah efeknya ketimbang tidak berolahraga dan hampir sama seperti alkoholik. Merugikan perlahan secara psikis namun menyerang fisik secara langsung, ujar Timothy Smith dalam rilis pers yang berkaitan dengan penemuan tersebut.
7. Mengurangi Depresi Akibat Masalah Libido
Membahas masalah seksual di tempat kerja nampaknya bukan lagi hal tabu zaman sekarang. Riset dilakukan oleh Journal of Gerontology: Social Sciences terhadap pria berusia antara 57 hingga 85 tahun. Mereka yang masih membahas masalah seksual dengan teman-temannya cenderung depresi lebih sedikit, Berbeda saat mereka pergi ke dokter ahli dan dibeberkan fakta tentang kesehatannya, mereka justru sulit untuk membaik kondisinya.
source
"Selama hari kerja kita tidak punya banyak waktu bertemu teman di luar kantor. Tempat kerja harus menjadi tempat yang bisa diandalkan untuk mendapatkan dukungan emosional." ujar Dr Sharon Toker dari Tel Aviv University kepada The Telegraph.
Studi dilakukan kepada 820 orang dewasa dari semua jenis lapangan kerja, antara umur 25 hingga 65 tahun yang rata-rata bekerja 8.8 jam sehari. Mereka dipantau kebiasaan fisik dan mentalnya, mulai dari merokok, kegemukan hingga depresi.
Di akhir studi, 53 pasien meninggal. Ditemukan mereka ini tidak menjalin hubungan sosial yang baik dengan para rekan kerjanya, seperti yang dilaporkan oleh New York Times. Perlu dicamkan, kematian bukan disebabkan secara langsung oleh faktor sosial ini, namun hanya korelasi saja.
Ide berteman dengan rekan kerja baik untuk kesehatan bukan hal baru. Studi jurnal PLoS Medicine tahun lalu juga telah menemukan bahwa orang yang memiliki koneksi kerja yang buruk, mati lebih cepat dalam kurun waktu 7.5 tahun, seperti yang dilaporkan oleh Time.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Simak 7 hal yang berhubungan antara kualitas hubungan sosial di tempat kerja dengan kesehatan Anda.
1. Mengurangi Risiko Dementia
Hubungan sosial yang aktif di tempat kerja dapat mengurangi risiko Alzheimer sebesar 70 persen, seperti yang dilansir oleh Jurnal International Neuropsychological Society. Para peneliti yang berkutat di sebuah pusat Alzheimer di Chicago menemukan hubungan antara hubungan sosial yang buruk di antara para senior dengan dementia, tapi mereka tidak yakin sepenuhnya jika banyak teman juga membuat seseorang memiliki otak yang sehat.
Setelah dipastikan lebih lanjut, ditemukan bahwa setiap adanya kenaikan dalam aktivitas sosial, ditemukan pula penurunan sebesar 47% akan fungsi otak yang tidak baik, seperti dikutip dari Time.
2. Membuat Anda Tetap Fit
Studi yang dilakukan International Journal of Behavioral Nutrition & Physical Ability, Australia menemukan bahwa teman memiliki pengaruh langsung terhadap aktivitas dan kebiasaan makan yang lebih baik dari diri sendiri. Yang mana hal positif ini menular sifatnya dan bisa menjadi kebiasaan yang menyehatkan, ujar Kylie Ball dari Deakin University, Australia kepada In Science Daily.
3. Mengasah Otak
Obrolan tidak penting antar teman tidak bisa disepelekan. Seringkali tema obrolan sekecil apapun dapat memicu aktivitas sisi otak yang jarang digunakan, seperti menebak atau mengingat sebuah nama atau judul lagu yang lama terlupakan. Hal tersebut diperkuat oleh studi yang dilakukan oleh University of Michigan.
4. Meningkatkan Kepercayaan Diri
Bergosip dengan rekan kerja memang menimbulkan reputasi yang kurang baik di mata rekan kerja lainnya, namun di satu sisi hal ini menguntungkan. Universitas Straffordshire menemukan bahwa ketika orang selesai bergosip, mereka merasa lebih baik akan diri sendiri. Namun pastikan Anda bergosip akan hal-hal yang positif, bukan urusan orang lain yang merugikan. Studi lain yang dilansir tahun lalu oleh Los Angeles Times juga mendapati jika kita berteman dengan orang yang bahagia, otomatis kita pun ikut merasa bahagia.
5. Membantu Menunda Penuaan
Memiliki hubungan yang membahagiakan diri dan orang lain ternyata bisa menunda proses penuaan. Studi yang baru-baru ini dilakukan oleh Brandeis University menemukan mereka yang memiliki hubungan sosial aktif ditunjang dengan olahraga rutin dan kontrol diri yang baik memiliki ketahanan dan menunda proses penurunan kualitas tubuh selama 10 tahun ke depan.
6. Membantu Panjang Umur
Hubungan yang dekat antara teman dan keluarga meningkatkan semangat hidup seseorang hingga 50%, seperti yang diungkapkan oleh Brigham Young University baru-baru ini. Para peneliti menemukan depresi akibat tidak punya teman, lebih parah efeknya ketimbang tidak berolahraga dan hampir sama seperti alkoholik. Merugikan perlahan secara psikis namun menyerang fisik secara langsung, ujar Timothy Smith dalam rilis pers yang berkaitan dengan penemuan tersebut.
7. Mengurangi Depresi Akibat Masalah Libido
Membahas masalah seksual di tempat kerja nampaknya bukan lagi hal tabu zaman sekarang. Riset dilakukan oleh Journal of Gerontology: Social Sciences terhadap pria berusia antara 57 hingga 85 tahun. Mereka yang masih membahas masalah seksual dengan teman-temannya cenderung depresi lebih sedikit, Berbeda saat mereka pergi ke dokter ahli dan dibeberkan fakta tentang kesehatannya, mereka justru sulit untuk membaik kondisinya.
source
No comments:
Post a Comment